FOKUS KITA - Sep 12, 2008
Respon berbicara mengenai sikap hati. Respon kita ketika menghadapi segala sesuatu akan menunjukkan siapa diri kita sebenarnya. Rasul Paulus adalah teladan yang baik dan patut kita contoh dalam hal meresponi setiap masalah yang terjadi dalam kehidupan.
Paulus dan Silas mengalami penderitaan yang berat dalam perjalanan iman mereka. (simak Kisah Para Rasul 16:9-34). Suatu hari, Paulus mendapatkan penglihatan dari Tuhan untuk memberitakan Injil di kota Makedonia. Paulus dan Silas mengikuti panggilan Allah dan segera berangkat ke kota tersebut. Di sana, mereka berdua memberitakan Injil, melakukan perbuatan baik. Antara lain melepaskan roh tenung dari seorang penenung. Namun, bukannya kebaikan yang mereka terima, sebaliknya mereka difitnah dan disiksa secara fisik maupun mental. Kelepasan yang terjadi pada perempuan itu justru mengundang majikannya untuk menangkap Paulus dan Silas bertemu dengan para pembesar. Sang majikan memberikan tuduhan palsu yang memberatkan Paulus dan Silas. Fitnahan inilah yang membuat Paulus dan Silas didera (disiksa dengan alat tajam), bahkan mereka berdua harus menanggalkan bajunya. Mereka dipermalukan di depan umum. Sampai akhirnya mereka dijebloskan ke dalam penjara dalam kondisi tangan serta kaki dirantai dengan penjagaan yang super ketat.
Sebagai manusia biasa, mereka punya alasan yang sangat wajar jika marah, membela diri atau mengajukan protes kepada Tuhan karena merasa ”dipermainkan”. Bayangkan, mereka sudah memilih untuk taat dan tunduk 100% terhadap perintah Tuhan, meskipun mungkin mereka tahu resiko yang harus mereka alami. Mereka sudah berkorban membayar harga, menempuh perjalanan jauh ke Makedonia, bahkan harus menyusuri sungai. Semua itu mereka lakukan hanya demi SEORANG JIWA yang Allah tunjukkan dalam penglihatan Paulus.
Namun, dalam semuanya tidak sedikitpun keluar kata-kata keluhan, bantahan, ataupun protes dari mulut mereka. Sebaliknya, mereka berdua menaikkan syukur kepada Tuhan lewat pujian dan penyembahan selama di penjara. Suara mereka yang nyaring terdengar oleh narapidana lain yang berada di penjara tersebut. Entah berapa lama mereka berdua berdoa dan menyembah bersama. Tapi, kuasa Allah bekerja lewat pujian yang mereka naikkan. Sesuatu terjadi di penjara tersebut. Ada gempa bumi yang dahsyat hingga menggoncangkan sendi-sendi (jeruji ruang penjara) dan mematahkan belenggu di tangan dan kaki mereka hingga pintu penjara pun terbuka.
Paulus dan Silas memilih untuk berespon benar, yaitu tetap berpegang pada firman Allah (tetap percaya dan melakukan), dalam kondisi terburuk sekalipun. Apa yang terjadi? Bukan mereka yang membela diri, melainkan Allahlah yang membela dan melepaskan mereka. Bahkan, demonstrasi kuasa Allah dalam hidup Paulus serta Silas membuat kepala penjara dan seluruh isi rumahnya bertobat, orang-orang yang menghina dan mempermalukan mereka pun datang meminta maaf. Pada akhirnya, mereka berdua tetap memberitakan kabar baik serta melayani setiap orang yang memerlukan Yesus.
Paulus dan Silas diijinkan melewati semua penderitaan karena Allah ingin memurnikan hati mereka. Allah ingin hati mereka sepenuhnya untuk melayani Allah, sekalipun banyak tantangan yang mereka alami. Mungkin pengalaman ini adalah penderitaan yang paling berat dalam hidup mereka berdua.
Adakah hari-hari ini kita sedang melewati masalah, penderitaan dimana kita merasa tidak mampu menghadapinya? Mari berespon benar, yaitu tetap berfokus pada Yesus, tetap pegang firmanNya, perbanyak waktu untuk bersekutu denganNya. Allahlah yang akan menjadi pembela kita. Ingatlah: ”Bukan benar atau salah, yang penting respon”. Segala sesuatu ada masanya. Tetapi, Allah membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Meskipun proses yang kita hadapi tidak nyaman, namun respon kita saat menghadapi proses turut menentukan hasil. (rs)
No comments:
Post a Comment