FOKUS KITA
Manusia cenderung menyukai hal yang rutin, sebab rutinitas bisa membuat kita nyaman karena semuanya dapat diprediksi (diduga), tidak ada kejutan-kejutan. Rutinitas dan repetisi (pengulangan) penting untuk mencapai suatu kualitas yang konsisten.
Kita memerlukan rutinitas dalam kehidupan sehari-hari, contohnya rutinitas pelayanan penerbangan dan pelayanan rumah sakit. Bayangkan bila jadual penerbangan berubah setiap hari atau jam pelayanan rumah sakit tidak rutin. Namun, jangan jadikan kehidupan kita suatu rutinitas. Saat Tuhan mengulurkan undangan kepada kita untuk masuk ke hal-hal baru, lepaskanlah hal-hal yang lama dan rangkul yang baru.
Yesaya 43:18-19 berkata, “Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara.” Memang tidak nyaman untuk berubah saat kita sudah terbiasa dengan suatu hal, atau sudah terbiasa melakukan dengan cara tertentu. Tetapi, dalam perjalanan menuju kebesaran yang telah Tuhan sediakan, kita mutlak harus berubah.
Kenali lima hal yang menghambat perubahan sehingga Anda bisa mengatasinya dan tetap berjalan memasuki tujuan Tuhan bagi Anda.
1. Takut akan hal-hal yang tidak diketahui
Banyak orang menjadi tidak bergairah, takut dan ragu untuk melangkah maju saat berhadapan dengan hal yang tidak mereka pahami atau kuasai. Perubahan menuntut kita untuk masuk ke tempat-tempat yang baru. Kita dituntut meninggalkan posisi lama kita yang nyaman di mana segala sesuatu dapat diprediksi, dan beranjak menuju ke tempat yang lebih dalam dan tidak nyaman karena tidak tahu dengan pasti apa yang akan terjadi, di mana kita harus berfungsi dengan cara yang baru.
Seorang agen perubahan yang sejati rela masuk ke wilayah baru yang belum pernah terjamah sebelumnya. Tidak ada seorang pembunuh raksasa sebelumnya di Israel. Tetapi Daud tahu bahwa bangsa Israel tidak mungkin tetap tinggal dalam kondisi diintimidasi oleh bangsa Filistin. Daud mengerti bahwa dia harus keluar dari rutinitas sebagai gembala kambing domba. Daud menghadapi raksasa Goliat dan membunuhnya sehingga dalam waktu sekejap dia menjadi pahlawan nasional. Tuhan berkata kepada Abraham untuk meninggalkan negerinya dan keluarganya, yaitu segala sesuatu yang merupakan keamanan dan kenyamanannya selama ini. Abraham patuh. Dengan iman Abraham bergerak maju untuk menerima warisannya sekalipun dia belum mengerti seluruhnya.
Lawanlah segala ketidakamanan dan rasa takut dalam hidup Anda. Jangan biarkan ketakutan menguasai Anda sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. – 2 Timotius 1:7.
2. Takut terhadap faktor resiko
Tidak ada perubahan tanpa resiko. Daud mengambil resiko yang sangat besar ketika dia menghadapi Goliat. Tetapi Daud tidak membiarkan ketakutan menguasainya.
Ketika faktor resiko dan peluang kekalahan yang kita hadapi sangat besar, namun akhirnya kita berhasil meraih kemenangan, maka kemenangan itu akan sangat indah dan manis. Semakin besar resiko dan peluang kalah, semakin kita menghargai kemenangan kita. Mereka yang berkemenangan adalah mereka yang berani untuk mengambil resiko.
3. Takut terhadap tekanan lingkungan sekitar
Lingkungan tempat tinggal atau lingkungan di mana kita dibesarkan dengan segala elemennya dapat menjadi satu kekuatan yang menghambat terjadinya perubahan. Keluarga dan sahabat dapat menolong Anda maju, tetapi mereka juga dapat menghambat kita. Karena itulah,Tuhan menyuruh Abraham untuk mmeninggalkan sanak saudaranya dan rumah bapanya.
4. Sindroma sukses secara instan
Saat ini kita hidup di zaman di mana orang menginginkan segala sesuatu serba instan dan cepat. Sebisa mungkin orang menghindari menunggu. Sebaliknya, mereka yang kisahnya tertulis di Alkitab, yang membuat perubahan sejarah suatu kota, bangsa atau negara; harus menunggu lama untuk menerima upah ketaatan mereka, bahkan hasilnya baru terlihat sesudah kematian mereka.
Abraham tidak pernah melihat penggenapan janji Tuhan kepadanya. Dia tidak pernah menginjak tanah perjanjian, apalagi mendudukinya. Keturunan Abraham yang kesekian yang kelak mengalami pernyataan janji Allah kepada Abraham.
Seperti Abraham, kita harus punya alasan untuk bisa bertekun dan tabah dalam proses perubahan. Alasannya adalah karena kita melihat sesuatu di ujung penantian kita. Visi menghasilkan gairah yang membuat kita mengejar dengan strategi. Oleh karena itu sangat penting memvisualisasi dan menebarkan visi (Habakuk 2:2-3).
5. Ketidakrelaan membayar harga
Tidak ada keberhasilan yang gratis. Hasil perubahan tidak terjadi seketika itu juga pada saat kita melepaskan kenyamanan dan kemudahan kita. Seringkali hasil dari perubahan yang kita lakukan hari ini dituai dan dinikmati oleh anak cucu kita dan generasi berikutnya bahkan oleh generasi yang tidak melihat kita hidup.
Saat ini orang Amerika bisa menikmati kehidupan di suatu negeri tanpa diskriminasi warna kulit, tanpa kebencian dan kepahitan. Ini adalah upah dari harga yang dibayar oleh mereka yang memperjuangkan persamaan hak seperti Dr. Martin Luther King. Dia sendiri tidak mengalami apa yang dia impikan. Namun generasi sesudahnya bisa menikmati hasil dari keberanian dan kegigihan Dr. Martin Luther King.
Kesimpulannya: tidak ada kebesaran tanpa pengorbanan. Jika Anda sekarang sedang menikmati suatu ukuran kesuksesan, itu karena seseorang telah berjalan di depan Anda dan membuka serta menyiapkan jalan dengan ketekunan dan kegigihan mereka. Jika sekarang Anda sedang membayar harga tetapi belum melihat hasilnya, bersukacitalah. Anda sedang mempersiapkan jalan untuk mereka yang berada di belakang Anda.
Sekarang saatnya Anda melangkah keluar dari kotak kenyamanan dan keamanan Anda. Keluar dari kebiasaan dan rutinitas lama. Mungkin jawaban dari dilema di hadapan Anda terletak di dalam kerelaan Anda untuk melakukan sesuatu yang baru secara radikal.
Ketika Anda rela melepaskan yang lama, maka Tuhan akan membawa hal-hal baru ke dalam kehidupan Anda. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. - Ibrani 12:2. (l@/artikel disadur dan diedit seperlunya dari: indrigautama.org)
No comments:
Post a Comment