FOKUS KITA
Kisah Daud dan Goliat adalah kisah terkenal di Alkitab. Kisah itu menceritakan kepahlawanan dan keberanian Daud, seorang remaja yg menghadapi musuh raksasa. Bukan hanya itu, kisah itu juga menceritakan nasionalisme Daud. Dia tidak terima saat Goliat mengejek bangsanya, bangsa pilihan Allah. Dia maju berperang melawan Goliat dan meraih kemenangan.
Kisah lain adalah sebuah film Asia berjudul Hero yang berlatar belakang sejarah bangsa Cina. Diceritakan mengenai seorang pria yang hendak membunuh pemimpin bangsanya sebab keluarganya menjadi korban sang Kaisar. Sang Kaisar sebenarnya bertekad untuk mempersatukan negaranya, dari beberapa kerajaan kecil menjadi sebuah kerajaan besar. Karena ambisi itulah, keluarga pria ini menjadi korban. Tidak terima dengan hal itu, ia menghadap Kaisar dengan alasan sudah membunuh semua musuh Kaisar dan untuk mendapatkan hadiahnya. Namun tujuan sebenarnya adalah untuk membunuh Kaisarnya. Sebelum menghadap Kaisar, pria ini sebenarnya sudah mengetahui tujuan mulia Kaisar, namun dia terus berperang dengan dirinya sendiri. Di satu sisi dia sadar bahwa Kaisar memiliki tujuan yang mulia, di sisi lain dia tak dapat menerima keluarganya harus menjadi korban. Saat Kaisar hanya sepuluh langkah di hadapannya (dan tanpa penjagaan), pria ini membuat keputusan yang berujung pada ajalnya. Dia tidak membunuh pemimpin bangsanya untuk sebuah tujuan: bersatunya Cina. Dan itu dibayarnya dengan darah keluarganya dan darahnya sendiri. itulah nasionalisme yang ditunjukan dalam film itu.
Dua kisah diatas bertutur mengenai nasionalisme, namun dari sisi yang berbeda. Dari dua negeri yang berbeda dari Indonesia. Bagaimana dengan Indonesia? Perlukah kita berperang melawan bangsa lain? Ataukah menghadap Bapak Presiden untuk menunjukkan nasionalisnme kita?
Apa sih yang dimaksud dengan nasionalisme? Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia (Wikipedia).
Matius 12:25 berkata, “Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan. “
Kita pasti tidak memecah belah Indonesia. Namun benarkah demikian? Seringkali kita mendengar kutukan bagi para pemerintah kita (yang gawatnya terdengar wajar di telinga kita…dan lebih gawatnya lagi terkadang kita sendiri juga mengucapkannya!), misalnya:
“Ya…beginilah Indonesia. Mau gimana lagi?”
“Nggak usah jujur-jujur kalau bayar pajak. Kalau jujur, udah keluar uang banyak..masih juga kasih ceperan ke petugas pajaknya. Sama aja…lebih baik nggak jujur sekalian. Sama-sama keluar uang banyak juga.”
“Polisi suka cari-cari biar dapet ceperan..Apalagi mendekati hari raya kaya begini, hati-hati!”
“Di Indonesia ini kalau mau mengurus sesuatu selalu pakai uang di sana-sini. Kalau nggak gitu, nggak bisa tembus.”
“Kalo ketangkep polisi nggak usah takut…kasih aja duit pasti dia diem.”
Sebagai warga negara Indonesia kita memiiki dua pilihan: membela negara kita atau menjatuhkannya dengan perkataan dan perbuatan kita. Taat atau melawannya.
Sebagai warga negara dan pengikut Kristus, kita hanya punya satu pilihan, yaitu membela negara kita dengan perkataan dan perbuatan kita (=taat dan tunduk). Inilah semangat nasionalisme kita sebagai anak-anak Allah yang Maha Tinggi.
Roma 13:2-4 berkata, “Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.
Titus 3:1 Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik.
Daripada mengatakan sesuatu yang buruk terhadap negara kita dan orang-orang yang berwenang, lebih baik kita membangun iman kita dengan memperkatakan apa yang menjadi kerinduan kita terhadap Indonesia. Ayo, miliki nasionalisme terhadap bangsa kita! (dra)
Sunday, September 5, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment