Sunday, October 25, 2009

“Aku Mengasihimu, Walaupun …”

DARI KITA UNTUK KITA

Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi;

sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.

-Yohanes 13.34-


Ketika menulis artikel ini, Tuhan mengingatkan saya tentang pengalaman saya beberapa waktu lalu.


Pada tanggal 14 September 2009 saya mendapatkan rhema dari Filipi 2.1-10 bahwa “kita” lebih penting daripada “aku”, jadi saya mau berikan hak-hak saya demi orang lain karena mereka berharga dan luar biasa.


Pada hari yang sama, saya mengirimkan pesan kepada teman saya untuk mengkonfirmasikan sesuatu. Jawaban teman saya sangat di luar dugaan dan tidak menyenangkan. Jujur, respon pertama hati saya adalah saya ingin membalas perkataannya dengan perkataan yang pedas dan lebih tidak menyenangkan. Ketika berpikir demikian, tiba-tiba rhema firman Tuhan hari itu muncul: “kita” lebih penting daripada “aku”. Alih-alih memuaskan keinginan untuk meluapkan emosi, saya berdoa agar Tuhan memampukan saya untuk mengasihi teman saya ini walaupun dia seperti itu. Dan saya mengirimkan pesan singkat yang isinya bukan berupa ledakan emosi saya, melainkan penyerahan hak saya untuk melampiaskan emosi saya kepada orang yang menyakiti saya.


Ada sebuah buku karangan Joyce Meyer yang dalam bahasa Inggris berjudul “Reduce Me to Love”. Reduce berarti berkurang. Jika diterjemahkan sebebas-bebasnya, artinya kurang lebih: “Kurangi Aku untuk Mengasihi”. Syukurlah bukan saya penerjemahnya, sehingga buku itu berjudul “Ubah Aku untuk Lebih Mengasihi”.


Nah, dari pengalaman saya dan judul buku itu, saya belajar bahwa untuk mengasihi sesama dengan kasih ‘walaupun’, saya harus semakin berkurang dan Yesus yang bertambah. Cara saya berkurang adalah dengan menyerahkan hak-hak saya. Hak untuk dihargai, hak untuk mendapatkan jawaban atas semua pertanyaan saya, hak untuk memiliki, hak atas hidup saya, hak atas waktu luang, hak untuk mendapatkan balasan atas perbuatan baik saya, hak untuk membalas, hak untuk melampiaskan emosi saya kepada orang yang menjengkelkan/ mengecewakan saya, dll.


Saya percaya bahwa akar semua permasalahan kita dengan orang lain, sehingga kita tak dapat mengasihi orang lain sebagaimana mestinya, adalah karena kita masih memegang erat hak kita. Kita tidak mungkin mengasihi orang lain seperti yang diperintahkan Tuhan di Yohanes 13:34, bila kita tidak melepaskan hak-hak kita.


Mengasihi tidak berbicara mengenai perasaan, melainkan komitmen. Mengasihi bukanlah pilihan, tetapi perintah yang harus dilakukan. Yohanes 13:34 mengatakan agar kita mengasihi orang lain sama seperti Tuhan telah mengasihi kita. Bukan sebagaimana kita ingin mengasihi orang lain, dan bukan berdasarkan perasaan kita terhadap orang itu. Kalau berdasarkan perasaan kita semata, apa bedanya kita dengan orang-orang yang belum mengenal Tuhan (Lukas 6.32,35)?


Jadi, kita mengasihi bukan hanya kepada mereka yang juga mengasihi kita, tetapi terlebih kepada mereka yang membuat kita jengkel/marah/ kecewa. Dibutuhkan penyerahan hak terus-menerus agar kita dapat melakukannya.

Memang bukanlah suatu hal yang mudah untuk menyerahkan hak-hak kita, namun ada suatu sukacita di balik penderitaan kita. Paulus berkata: “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Roma 8:18).


Itulah janji yang Allah berikan kepada kita yang tetap bertahan dalam penderitaan karena penyerahan hak. Dan kita tahu bahwa Allah tidak pernah berdusta, Ia pasti menepati janji-Nya (2 Petrus 3:9). Lagipula, kita dapat dengan yakin mengetahui bahwa Tuhan turut merasakan kelemahan kita (Ibrani 4:15), karena Ia telah menyerahkan seluruh hak-Nya terlebih dahulu (Filipi 2:5-8).


Dilepaskan-Nya semua hak-Nya demi kita oleh karena kasih. Hak atas nyawa-Nya, hak untuk membalas, hak untuk beroleh tempat kelahiran yang nyaman, hak untuk beristirahat, dan masih banyak lagi. Dilepaskan-Nya itu semua agar kita diselamatkan. Agar kita bersatu dengan Bapa. Agar kita bersatu sebagai tubuh-Nya dalam kesatuan yang utuh, saling mengasihi seperti Dia mengasihi kita.


Jadi, maukah kita menuruti perintah-Nya untuk saling mengasihi seperti Ia mengasihi kita? Mari kita serahkan hak-hak kita karena “kita” lebih penting daripada “aku” sebab mereka berharga dan luar biasa. Biarlah kita semakin berkurang sehingga kita dapat menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Yesus saat Ia menyerahkan semua hak yang dimiliki-Nya demi kita. Mari menjadi pelaku firman! (dra)

Love Beyond Reason (Kasih yang Melampaui Akal)

FOKUS KITA

Beberapa waktu yang lalu, sebuah rekaman video klip pendek diberikan oleh seorang teman kepada saya. Klip itu mengisahkan perjalanan hidup seorang anak kecil hingga ia dewasa yang berisi tentang kerinduan tak terpenuhi, kasih yang tak terbalaskan, kekecewaan serta kemarahan yang bercampur pengharapan di saat yang bersamaan. Jika Anda menyaksikan klip tersebut, bisa jadi Anda akan menangis merasakan kepedihannya, atau bahkan meneguhkan dalam hati, “Ya, hidup saya juga seperti cerita dalam video klip itu.”


Berapa banyak di antara kita yang mengalami situasi yang ‘tidak adil’ di sebagian besar masa hidup kita? Ketidakadilan yang ‘dilakukan’ oleh orang-orang terdekat kita, orang yang dari merekalah ‘seharusnya’ kita memeroleh kasih, perlindungan, pengayoman, dukungan serta perhatian? Sebaliknya, kita justru berulang-ulang dicampakkan, ditinggalkan, dituntut, dipersalahkan, bahkan ‘dipaksa oleh situasi’ untuk menanggung akibat dari kesalahan maupun dosa mereka. Penampilan luar kita bisa saja tegar, namun ‘jiwa anak kecil’ dalam batin kita menangis hebat.


Mungkin itu anak yang tersakiti oleh pola asuh yang salah maupun kehancuran hubungan ayah-ibunya. Mungkin itu orang tua yang tersakiti oleh perlakuan anak yang mereka kasihi. Mungkin itu suami/ istri yang terluka oleh pengkhianatan satu sama lain. Mungkin itu seseorang yang merasa tidak berharga, karena selalu dibandingkan dengan sesama saudaranya yang ‘lebih hebat’ atau pernah mengalami pelecehan mental dan seksual dari keluarganya, bahkan tidak diharapkan kelahirannya. Mungkin itu seseorang yang merasa tidak berguna karena seringkali gagal memenuhi tuntutan kesempurnaan dari orang-orang terdekatnya. Apapun kebaikan yang coba kita lakukan, rasanya tidak berarti sama sekali, selalu saja ada yang kurang menurut mereka.


Sangat sakit rasanya. Nyatanya, inilah situasi maupun orang yang harus kita hadapi setiap hari. Bukan untuk melawan mereka, melainkan untuk mengasihi serta memulihkan mereka.. dengan kasih yang melampaui akal. Kasih yang melampaui akal? Seperti apakah itu? Mampukah manusia mengasihi sesamanya sebegitu rupa? Bagaimana caranya?


Mengasihi orang yang berulang-ulang melukai kita tidaklah sulit, tetapi mustahil! Ego manusia dan kebutuhan dasarnya untuk selalu di-kasihi juga membuat manusia enggan untuk terus-menerus mengasihi. Hanya ketika kita telah berjumpa dan dipuaskan oleh Sumber Kasih itu sendiri, kita akan mampu mengasihi orang lain tanpa syarat. Saat kita meminggirkan semua keinginan kita dan belajar memandang mereka seperti Tuhan memandang−yaitu berfokus kepada pribadi/jiwa mereka yang terluka serta membutuhkan pertolongan−kita akan mampu mengasihi mereka, bahkan mau bekerja sama dengan Tuhan untuk mendatangkan pemulihan bagi mereka.



Yesus Teladan Kita dalam Mengasihi


Ribuan tahun yang lalu, Yesus pun mengalami situasi serupa saat tergantung di kayu salib. Mengutip sebuah syair lagu Michael W. Smith, “… seperti bunga mawar yang dicampakkan ke tanah…” demikianlah Yesus ditinggalkan sendirian menanggung dosa seisi dunia. Bayangkan! Milik yang paling dikasihiNya−yang untuk mereka Dia berjuang dan berkorban, menolak, mencampakkan dan meninggalkanNya (keadaan yang sama dengan yang kita alami bukan?). Pun begitu, Dia tetap memikirkan kita, mengasihi, mengharapkan kita kembali, mengampuni dan mengasihi kita… berulang-ulang. Banyak dari kita yang kembali, namun tak sedikit pula… karena kebebalan hatinya… yang tidak kembali. Pun begitu (lagi), sampai hari ini Dia tetap mengampuni, berdoa untuk kita, mengasihi dan mengarapkan kita kembali.


1. Pahami dan Jangan Menuntut

Dengan memahami latar belakang atau masa lalu yang membentuk sikap dan tindakan mereka di masa kini, akan membantu kita untuk dapat berpikir dan bersikap benar terhadap mereka. Kita tidak dapat menuntut orang yang sakit untuk ‘tidak merintih kesakitan’. Adalah kecenderungan orang yang terluka hatinya untuk melukai sesamanya. Mereka tidak bisa dituntut. Mereka butuh dipahami dan diterima perasaannya. Ini memang sulit, tetapi mari perbarui pikiran kita: bahwa kita bukanlah korban, karena menderita ketidakadilan dan karena berbuat baik terhadap orang-orang yang menyakiti kita. Tetapi, kita adalah seorang yang beroleh kasih karunia dari Tuhan untuk dapat mengalami penderitaan tersebut (1 Petrus 2:19-20). Tidak semua orang dapat bertahan dan menang atas penderitaan seperti ini. Jika saat ini kita mengalaminya, bersyukurlah.


2. Harapkan Hanya Dari-Nya

Bagaimanapun juga, memang tidak seharusnya orang yang terluka melampiaskan kemarahannya kepada kita. Tidak seharusnya kita ‘diperlakukan tidak adil’ oleh orang-orang yang terluka. Tetapi, semakin kita menuntut dan mengharapkan mereka bersikap baik seperti yang kita inginkan, kita akan semakin kecewa. Mereka terluka oleh masa lalu. Kita terluka oleh mereka. Jadi, bagaimana? Akui perasaan kita di hadapan Tuhan. Berharaplah dan mintalah hanya kepadaNya untuk menyembuhkan luka kita. Terimalah dan tinggallah dalam pemulihan terus-menerus.


3. Buka Katupnya, Biarkan Mengalir

Orang lain akan terus melukai kita. Tetapi, menjadi terluka atau tidak, itu pilihan kita. Sebagai orang yang telah menerima dan tinggal dalam pemulihan, kita tidak akan tahan menyimpan pemulihan untuk diri sendiri. Sebaliknya, kita buka katupnya dan mengalirkan pemulihan kepada mereka yang terluka. (l@)

Mengasihi orang yang sulit, mungkinkah?

KISAH KITA

Menurut pengalaman saya pribadi, secara manusia, ini sangat tidak mudah. Apalagi, jika tinggal serumah dengan mereka, bertemu setiap hari. Rasanya “cukup” berurusan dengan mereka dan tidak mau terlibat lagi dengan mereka dalam kegiatan apapun. Tapi, dengan menyadari kenyataan bahwa orang-orang tersebut menjadi ‘sulit’ adalah karena produk masa lalu (latar belakang keluarga yang sulit, pola asuh yang salah) yang belum dipulihkan, kita bisa mengasihi mereka−jika kita mau. Bahkan, kita bisa berdoa dan bekerja sama dengan Tuhan untuk mengusahakan pemulihan mereka. Kita (yang sudah dipulihkan Tuhan) tidak boleh bersikap ‘masa bodoh’ terhadap orang yang sulit, mendiamkan atau bahkan menghakimi mereka. Jika kita−orang terdekatnya− tekun menabur kasih kepada mereka, pemulihan bukanlah hal yang mustahil untuk dapat terjadi. (Edy Prayitno/IR Youth)


Sejak bertobat tahun 1994, selama bertahun-tahun kerinduan saya yang terbesar adalah menjadi garam dan terang di dalam keluarga (yang waktu itu saya anggap sebagai keluarga yang "sulit"), supaya mereka juga dipulihkan dan memuliakan Yesus. Lebih dari 8 tahun kemudian, kerinduan tersebut mulai terwujud ketika kakak perempuan saya mulai tertarik mengenal Yesus dan kemudian berturut-turut kakak laki-laki, ayah, dan ibu saya. Hanya saja, apakah semua situasi di dalam keluarga langsung berubah 180 derajat? Puji Tuhan, ternyata tidak. Sampai sekarang keluarga saya, termasuk saya sendiri, masih dalam proses pemulihan dan pembentukan, tetapi yang paling berbeda saat ini dibandingkan dengan 15 tahun yang lalu adalah saya tidak lagi mau memandang keluarga saya sebagai "orang-orang yang sulit", melainkan mereka hanyalah BERBEDA dengan saya dan MEMBUTUHKAN YESUS LEBIH BANYAK LAGI, sama seperti saya juga berbeda dengan mereka dan membutuhkan Yesus jauh lebih banyak lagi. (Paulina Wijaya/IR Family)


INFO KITA - 25 Oktober 2009

Persembahan 18 Oktober 2009

Perpuluhan: Rp. 7.611.500
Perpuluhan (transfer): Rp. 6.580.000
Diakonia: Rp. 214.000
Misi: Rp. 775.000
Investasi Iman Healing Center: Rp. 100.000
Untuk Rumah Kehidupan: Rp. 100.000
Donasi untuk Korban Gempa: Rp. 405.000



LAPORAN SUMBANGAN DANA
UNTUK KORBAN GEMPA PADANG

Penerimaan:
1. Dari jemaat : Rp. 13.272.000,-
2. Dari kas gereja : Rp. 20.000.000,
_____________________________+
Total Penerimaan : Rp. 33.272.000,-

Seluruh penerimaan telah salurkan kepada para korban gempa di Padang melalui Bp. John Kahuluge sebesar : Rp.33.272.000,-


PERJAMUAN KUDUS

Mari siapkan hati kita untuk bersama-sama masuk dalam perjamuan kudus yang akan diselenggarakan pada hari Minggu, 1 November 2009, di seluruh ibadah raya.


INVESTASI IMAN ESC 2009

Bagi peserta ESC 2009 lalu yang telah berkomitmen untuk memberikan Investasi Iman harap segera merealisasikan komitmennya. Realisasi dapat dilakukan dengan memasukkan kontribusi Sdr. ke dalam amplop persembahan dan menuliskan keterangan di slip persembahan, pos Lain2: Realisasi Investasi Iman ESC 2009.
Terima kasih atas perhatian dan realisasi investasi iman Sdr.


TEMU PKS SELURUH USIA


Seluruh PJ, PA & PKS WAJIB hadir dalam pertemuan bersama pada hari Kamis, 12 November 2009, pukul 19.00 WIB di gedung gereja.
NB: Jangan lupa membawa form absensi komsel dan buku pegangan PKS.


MENJAGA KETERTIBAN IBADAH RAYA


Kami sangat menghargai kesediaan Bapak/Ibu untuk menjaga putra-putri Bapak/Ibu supaya tidak mengganggu kelancaran ibadah raya.
Kami menyarankan Bapak/Ibu untuk mengikutsertakan putra-putrinya dalam ibadah gereja anak Jesus’ Children Church (JCC) yang diselenggarakan setiap hari Minggu, pukul 08.00 WIB, supaya mereka mengalami pertumbuhan rohani.

Berdoa bagi Indonesia

KEGERAKAN DOA KITA

1. Supaya presiden, wapres dan jajaran menteri yang sudah terpilih melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan penuh rasa tanggung jawab, untuk membawa Indonesia kepada kesejahteraan yang merata di segala bidang (terutama Program 100 Hari Pertama Kerja).

2. Agar intervensi ilahi turun atas usaha kelompok-kelompok tertentu yang berusaha menjarah iman anak-anak Tuhan (kekristenan) di Papua dengan strategi pemenuhan kebutuhan hidup.

3. Supaya gereja-gereja Tuhan di Indonesia bersatu, berdoa dan berkarya nyata menjawab kebutuhan praktis kota dan bangsa.

PENUNTUN SAAT TEDUH PRIBADI 26 Oktober – 1 November 2009

”APAPUN yang Terjadi,

Aku TETAP Mengasihi Keluargaku”

”Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.”

-Matius 5:39-


Senin, 26 Oktober 2009

Sama-Sama Benar Atau Sama-Sama Salah (Kejadian 3:8-13)

Seorang wanita duduk dalam kesedihan di sebuah bangku taman. Tiba-tiba seorang anak laki-laki menghampirinya sambil memberikan setangkai bunga yang hampir layu seraya memuji keindahan dan keharuman bunga itu. Meski merasa terganggu, sang wanita menerimanya sambil berpikir jika tidak segera menerimanya maka ia akan terganggu lebih lama. Saat itulah sang wanita baru menyadari bahwa ternyata anak laki-laki itu buta. Karena itulah, bermodal penciumannya, ia memberikan bunga yang dalam ”penglihatannya” sangat indah. Sikap sang wanita yang menyalahkan penilaian sang anak tentang bunga itu sebenarnya serupa dengan sikap dua pihak yang saling menyalahkan. Mereka masing-masing pada dasarnya berkata, ”Hanya saya yang benar dan hanya kamu yang salah.” Sungguh sering kita menemukan sikap saling menyalahkan ini dalam keluarga, meskipun sebenarnya kedua pihak mungkin sama-sama benar seperti dalam kisah di atas, atau malah sama-sama salah seperti Adam dan Hawa dalam bacaan hari ini. Mari berhenti menyalahkan!


Selasa, 27 Oktober 2009

Rumput Orang Lain Juga Sama Hijaunya (Kejadian 4:1-9, Roma 12:15)


Rasa iri hati dapat terpupuk dalam keluarga sejak anak-anak masih kecil. Kakak merasa iri kepada adik yang baru lahir, karena seakan-akan memeroleh lebih banyak perhatian. Adik merasa iri kepada kakak, karena harus memakai barang-barang ”bekas” yang sudah kekecilan untuk dipakai oleh kakaknya. Cerita demi cerita bertema iri hati tersebut dapat terus terjalin hingga anak-anak menjadi dewasa, bahkan diturunkan ke anak cucu mereka masing-masing. Betapa menyedihkannya jika hal ini terjadi dalam keluarga kita, apalagi sampai ada yang kehilangan nyawanya seperti yang terjadi di antara Kain dan Habel. Bagaimana keluarga kita dapat terbebas dari iri hati? Dengan saling menjadi cermin satu sama lain: ketika yang satu bersukacita, yang lain juga bersukacita sehingga tidak ada yang perlu merasa bahwa kondisinya lebih buruk dan rasa iri hati pun tidak muncul. Ketika yang satu berdukacita, yang lain ikut berdukacita, sehingga tidak ada yang perlu merasa lebih beruntung yang dapat memancing timbulnya iri hati.


Rabu, 28 Oktober 2009

Mengatasi Penolakan Keluarga (Hakim-Hakim 11:1-11)


Seorang anak menanyakan harga anak-anak anjing dan dijawab bahwa harganya sekitar 300-500 ribu rupiah. Si anak mengeluarkan uang dari sakunya dan berkata, ”Saya memiliki Rp 25.000,-, bisakah saya melihat saja anak-anak anjing itu?” Sang pemilik bersiul, kemudian keluar seekor induk anjing dengan diikuti lima anaknya, tetapi salah satu di antaranya ternyata timpang. Sang anak pun bersikeras membeli anak anjing yang timpang itu dengan uang Rp 25.000,- yang dimilikinya ditambah mencicil Rp 5.000,- setiap bulan hingga lunas, walaupun sang pemilik ingin memberikan secara cuma-cuma. Ketika pemilik berkata bahwa anak anjing itu tidak akan dapat berlari dan melompat, sang anak menunjukkan kaki kirinya yang ternyata juga pincang sambil berkata, ”Saya juga tidak dapat berlari dengan baik dan anak anjing itu membutuhkan seseorang yang memahaminya!” Demikianlah dengan diri kita, meskipun ada anggota keluarga yang menolak kita, tetapi Yesus menerima dan memahami kita. Tuhan bahkan juga sanggup mengubah hati anggota keluarga yang sebelumnya menolak... menjadi menerima kita, seperti yang Yefta alami.

Kamis, 29 Oktober 2009

Bercahaya = Berhenti Bersungut-sungut dan Berbantah (Filipi 2:12-16)


Orang yang tidak bersungut-sungut dan tidak berbantah-bantahan disamakan dengan bintang yang bercahaya di langit menerangi dunia. Bagaimana sikap tidak bersungut-sungut dan tidak berbantah-bantahan bisa sedemikian besar dampaknya? Akar dari sikap bersungut-sungut dan berbantah adalah hati yang tidak bersyukur kepada Tuhan. Itulah juga yang menjadi akar dari kejatuhan manusia ke dalam dosa. Saat itu Adam dan Hawa tidak mensyukuri kehidupan mereka sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia, tetapi justru ingin menjadi seperti Pencipta mereka sehingga tergiur untuk makan dari buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Ketika bersungut-sungut dan berbantah berarti kita juga tidak bersyukur atas kebaikan dan karya Tuhan, melainkan terus merasa tidak puas akan kondisi kita. Khususnya di dalam keluarga, mungkin kita pernah berpikir seandainya kita dilahirkan dalam keluarga lain. Mungkin kita juga sering mengeluh atas sikap orang tua, suami, istri, anak, atau cucu yang di luar keinginan kita. Maka, mulai hari ini siapkan hidup kita untuk menjadi bercahaya dengan berhenti bersungut-sungut dan juga berhenti berbantah-bantahan!


Jumat, 30 Oktober 2009

Ketika Kita Dibohongi (Matius 26:30-35, 69-75, Yohanes 21:15-19)


Suatu hari seorang teman dekat mengaku bahwa ia telah membohongi saya. Ia juga menjelaskan apa yang membuatnya memutuskan berbohong, yaitu ia takut bahwa jika ia jujur saya akan marah sehingga timbul konflik di antara kami. Demikian pula dalam hubungan dengan keluarga, suatu waktu bisa terjadi salah satu anggota keluarga berbohong kepada yang lain, entah berupa kata-kata atau yang berwujud pengkhianatan/ perselingkuhan. Kebohongan itu bisa karena dipicu sikap kita sendiri seperti yang saya alami, bisa juga karena ia memang berniat membohongi kita. Apapun wujud dan alasan kebohongan keluarga kita, Tuhan Yesus memberikan teladan yang luar biasa ketika menghadapi kebohongan Petrus (yang sebelumnya dengan gagah berani berkata bahwa ia tidak akan menyangkal Yesus, tetapi kemudian dalam keadaan terjepit ia menyangkal Yesus sebanyak tiga kali): Yesus mengampuni, menerima, dan bahkan ketika Petrus menunjukkan pertobatan yang sungguh-sungguh, Yesus memberikan kesempatan kedua kepada Petrus.


Sabtu, 31 Oktober 2009

Meskipun Keluarga Kita Gagal (Bilangan 12)


Setiap orang bisa mengalami kegagalan, begitu juga keluarga kita. Hanya saja kita lebih sulit menerima kegagalan orang lain jika orang itu adalah bagian dari keluarga kita. Kita ikut merasa malu atas kegagalannya atau mungkin merasa bahwa kegagalannya itu juga merugikan keluarga. Akibatnya kita mengata-ngatai, menghakimi, atau malah menjauhi di saat orang tersebut sebenarnya justru membutuhkan doa dan dukungan dari orang-orang dekatnya. Ketika Harun dan Miryam melihat kegagalan Musa yang mengambil perempuan dari bangsa lain, mereka mengatai Musa dan akibatnya Tuhan menegur mereka, bahkan Miryam sempat terkena kusta. Sebaliknya, ketika Musa melihat kegagalan Harun dan Miryam itu, Musa justru berdoa agar Tuhan menyembuhkan Miryam. Harun dan Miryam menunjukkan respon yang bertolak belakang dengan respon Musa, meski mereka sama-sama menghadapi kegagalan anggota keluarga mereka. Dengan anugerah dan kasih Yesus sendiri, saya percaya kita juga mampu berespon seperti Musa.


Minggu, 1 November 2009

Tetap Menyembah Tuhan (2 Samuel 6:18-23)


Setelah menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, tentu hidup kita berubah sehingga orang lain, termasuk keluarga, mulai berespon. Sebagian orang mengalami respon yang positif dari keluarga atau bahkan dengan cepat keluarganya juga bertobat, tetapi sebagian lainnya diizinkan Tuhan untuk justru mengalami penentangan dari keluarga. Penentangan itu dapat berupa kritikan dan celaan ketika melakukan sesuatu yang sesuai dengan Firman Tuhan, tetapi bertentangan dengan pola pikir dunia. Atau dapat juga berupa adanya larangan untuk menyembah Yesus dengan sepenuh hati sehingga disuruh untuk menjadi ”biasa-biasa saja” dan tidak perlu ”fanatik”. Daud pun pernah mengalami hal serupa, ketika ia menari di hadapan Tuhan dengan sekuat tenaga, Mikhal – istri Daud – justru memandang rendah Daud. Daud tidak membalas dengan respon yang negatif juga, tetapi justru menegaskan keteguhan hatinya untuk tetap menyembah Tuhan. Mari kita tidak berfokus kepada sikap negatif keluarga sehingga tidak menjadi emosional dan dapat memberikan tanggapan yang benar atas penentangan mereka.

Sunday, October 18, 2009

Aku Cinta Komunitasku karena...

FOKUS KITA

Roma 12: 10a mengatakan, Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara...”

Nah, apa sih kira-kira yang membuat kita akhirnya jadi begitu mencintai komunitas kita? Suasananya yang ramai? Banyak tertawa dan bercanda? Dapat teman baru yang menyenangkan? Apakah kehidupan komunitas selalu dipenuhi dengan hal-hal yang nyaman?

Jika kita merasa mencintai komunitas karena segala sesuatunya yang nyaman, bersiaplah untuk berubah. Karena saat Anda menjumpai konflik dan perbedaan, Anda akan merasa kecewa dan berkecil hati. Jadi seperti apa sih mengasihi komunitas itu?

Saling memberi

Filipi 2:3b-4 menulis:

Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

Ketika kita terus-terusan menuntut orang lain memperhatikan kepentingan kita, akan ada titik di mana kita akan merasa kecewa saat mereka tidak bisa memenuhi harapan kita. Inilah salah satu kunci utama untuk dapat mencintai komunitas kita dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Belajar untuk saling melayani. Tidak hanya menerima, namun juga memberi. Yang paling sederhana, belajar untuk memperhatikan orang lain, tidak terus-terusan ingin diperhatikan. Selanjutnya, belajar mengambil tanggung jawab, tidak melulu ingin dilayani. Terlibatlah dalam melayani sesama anggota komsel. Percayalah, dengan berani memberi, rasa memiliki di antara tiap anggota akan terasa lebih kuat.

Dan pada akhirnya, mari sama-sama merasakan: aku mencintai komunitasku karena aku mau saling memberi.

Kita Menjadi Dampak

Matius 5:13-16 menulis:
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.

Ketika kita sudah mulai terbiasa dengan komunitas, ada kecenderungan merasa nyaman dan puas dengan ‘begini saja.’ Menikmati kedekatan antar anggota tentu tidak masalah. Namun, jika terus-terusan demikian dan tidak melangkah keluar, akhirnya kita tidak lagi menjadi garam maupun terang. Mari melangkah meninggalkan kenyamanan kita. Memperhatikan orang-orang di sekeliling kita yang masih belum mengenal Kristus, jangkau mereka, dan ajak mereka mengenal komunitas sejati seperti yang telah kita alami. Kita mencintai komunitas karena kedekatan yang ada di antara kita, dan karena dampak yang kita bangun bersama. (vln)

Untuk apa aku harus ikut komsel?

KISAH KITA

Bp. Eko, Komsel Bp. Agus Muljono – Ibu Febe Krisnaningati, Family:

Motivasi awal saya dulu untuk datang komsel agar sakit mata yang saya alami bisa sembuh. Namun, semenjak ikut komsel, berlanjut juga dengan SPK dan CG, saya jadi mengalami yang namanya kasih mula-mula. Di CG, ketika sesi kesmbuhan fisik, saya juga mengalami kemajuan dalam penglihatan. Sekarang saya jadi sangat rindu mengalami kasih Tuhan, berkumpul dalam komunitas dan saya jadi menanti-nantikan waktu komsel. Saya juga tidak lagi peduli mau sembuh atau tidak, saya hanya ingin ketemu Tuhan, baik di komunitas sel, maupun ibadah.


Liony, Komsel Titik, Teen :

Awalnya saya ikut komsel karena diajak teman-teman YBPK. Tapi masih malas dan tidak merasa nyaman. Tapi teman-teman tetap dengan setia datang mengunjungi saya di rumah dan mendoakan saya. Akhirnya saya mulai merasa nyaman di komsel. Dan mau berkorban untuk datang ke komsel. Salah satu leader di Teen sempat mengungkapkan perubahan drastis yang dialami Leoni. “Dulu Liony susah diajak ke komsel. Selalu saja ada alasan untuk menolak, sekalipun kita sudah mau menjemput. Sekarang dia bahkan mau berjalan kaki dari rumahnya di daerah Kanginan ke Mojoarum untuk komsel ataupun latihan untuk pelayanan tamborin.”

Komsel Bapak Edy - Ibu Ita: Mari Belajar Memberi!

KOMSEL KITA

Setelah tahun 2007 bermultiplikasi dengan Bp. Suprijadi - Ibu Sri Nurmiati sebagai PKS baru, bulan November 2009 nanti, komsel Bp. Edy Krisnanto – Ibu Ita Yuniarti sekali lagi akan bermultiplikasi. Bp. Nurachman – Ibu Kasmani dipercaya sebagai calon PKS komsel yang baru nanti. Sepertinya komsel yang satu ini terus menghasilkan pemimpin baru dan juga dipenuhi jiwa-jiwa terus. Apa ya kira-kira rahasianya?

Ditanya demikian, pasangan PKS Bp. Edy – Ibu Ita yang sudah memiliki 3 anak ini hanya tersenyum. “Apa ya? Mungkin karena kita selalu memotivasi setiap anggota untuk belajar aktif terlibat dalam komsel,” ujar Bp. Edy. Hasilnya, setiap anggota jadi semakin merasa memiliki antara satu dengan yang lainnya. Meskipun pada awalnya, banyak yang merasa tidak mampu dan menolak, dukungan dan motivasi anggota yang lain membuat mereka semakin berkembang. “Kita selalu mengajak mereka terlibat lewat hal-hal sederhana di komsel. Contohnya, belajar mendoakan. Awalnya memang ada yang menolak, tapi dengan terus dimotivasi, akhirnya bisa juga. Salah satunya dengan membangun pengertian bahwa melayani adalah satu-satunya pemberian yang bisa kita lakukan kepada Tuhan, bukan sebuah beban. Berikutnya, kita juga mendorong terus agar pelayanan mereka berkembang, dari melayani di komsel, akhirnya bisa melayani juga di ibadah raya,” lanjut Ibu Ita.
Meskipun mayoritas berisi pasangan yang sudah berumur, semangat dan kekompakan komsel ini tidak perlu diragukan. Hampir setiap kegiatan gereja selalu didukung penuh oleh anggota-anggotanya. “Anggota komsel ini memang selalu semangat dan setia mengikuti kegiatan-kegiatan gereja. Contohnya saja Diklat Doa (School of Prayer), SPK Pemenang, Doa Malam. Mereka hampir dipastikan selalu datang, meskipun pertemuan biasa dilaksanakan di malam hari.”

Uniknya lagi, setiap orang di komsel memiliki peranan yang berbeda-beda. Seperti Ibu Kasmani, yang paling aktif memenangkan jiwa, Ibu Ita dan Bp. Edy sendiri berkiprah di pelayanan musik dan pujian, dan anggota komsel lain yang banyak aktif dalam pelayanan doa. “Wah, iya itu, Bu Kasmani termasuk salah satu tim marketing handal kita. Dari tetangga sampai teman semua diajak. Dan akhirnya, ada salah satu anggota komsel yang dulunya sudah belasan tahun tidak pernah ke gereja, sekarang mau tertanam,” ungkap Ibu Ita sambil tergelak. Jadi tidak heran, sekarang anggota komsel ini sudah mencapai hampir 20 orang. Semuanya diawali dengan: belajar memberi. Baik memberi diri, waktu, tenaga, dukungan, dan lainnya. (vln)

SEPUTAR KITA - 18 Okt 2009

Keterbukaan adalah Awal dari Pemulihan
Testimoni peserta Champion Gathering (CG) SPK Pemenang,
KrisPen Hall, 3-4 Oktober 2009 (Bagian 2)

Sebelumnya saya adalah orang yang mudah jatuh cinta dan punya dosa pornografi serta dosa seksual lainnya. Saat didoakan, saya mengalami kelepasan yang luar biasa. Tuhan memberikan damai sejahtera dan kelegaan bagik saya. Saya percaya Tuhan akan terus membimbing saya dan saya berkomitmen untuk tidak cepat jatuh cinta dan tidak melihat pornografi. Di CG, sakit kepala yang saya derita selama satu minggu seketika langsung sembuh saat didoakan. (Yunias/wirausaha)

Saya punya kerinduan untuk berubah! Waktu CG, saya sangat suka pelajaran Hati Bapa Surgawi. Orang tua saya sudah cerai dan saya ditinggalkan sejak kecil, saya juga tidak pernah ketemu sama papa saya. Saat saya didoakan dan dilayani kelepasan, saya mengalami pemulihan. Tuhan menyadarkan saya bahwa saya tidak sendirian di dunia ini, sebab di dunia saya punya Bapa Surgawi yang baik, yaitu Yesus Kristus. (Wawan, Pelajar)

Sebelum meneriman kesembuhan batin dan kelepasan,saya punya banyak pikiran kotor dan dosa seksual. Setelah menerima kesembuhan batin dan kelepasan, Roh Kudus masuk dalam hati saya untuk membersihkan jiwa saya yang kotor dan mengisinya dengan hati yang baru. (Mintardja/Pekerja)

Setelah didoakan ada kelegaan di hatiku, dimana sebelumnya aku merasakan beban yang berat. Tuhan telah menjamah dan menyembuhkan jiwa dan tubuhku. Kini aku sudah sembuh. Sekarang aku merasakan tanganNya memegangku dan menuntun setiap langkah yang harus kutempuh. Puji Tuhan, aku pulang ke rumah tanpa ada rasa sakit lagi. (Anna/ibu rumah tangga)

Di CG saya bisa mengampuni seseorang. Saya merasa lega dan bersyukur karena segala dosa saya diampuni dan saya bisa berbahasa roh. Saya senang sekali ikut CG dan bisa dekat dengan Tuhan lebih lagi. (Merry DS/pelajar)

INFO KITA - 18 Okt 2009


Persembahan 11 Oktober 2009

Perpuluhan: Rp. 23.788.000
Perpuluhan (transfer): Rp. 2.485.000
Diakonia: Rp. 808.000
Misi: Rp. 2.783.000
Investasi Iman Healing Center: Rp. 25.000
Untuk Rumah Kehidupan: Rp. 200.000
Donasi untuk Korban Gempa: Rp. 7.145.000
Donasi untuk Pelayanan Garis Depan: Rp. 50.000


PELAYANAN PENJARA

Mari libatkan diri Anda dalam pelayanan kepada para napi di Rutan Medaeng, yang akan diselenggarakan pada hari Kamis, 22 Oktober 2009.
Berangkat bersama-sama dari gereja pada pukul 07.30 WIB.


INVESTASI IMAN ESC 2009

Bagi peserta ESC 2009 lalu yang telah berkomitmen untuk memberikan Investasi Iman harap segera merealisasikan komitmennya. Realisasi dapat dilakukan dengan memasukkan kontribusi Sdr. ke dalam amplop persembahan dan menuliskan keterangan di slip persembahan, pos Lain2: Realisasi Investasi Iman ESC 2009.
Terima kasih atas perhatian dan realisasi investasi iman Sdr.



FOTO SERTIFIKAT BAPTISAN AIR

Bagi Saudara peserta SPK Pemenang yang telah dibaptiskan air, harap segera menyerahkan pasfoto berwarna ukuran 3x4 (2 lembar) untuk keperluan pembuatan sertifikat baptisan air.


MENJAGA KETERTIBAN IBADAH RAYA

Kami sangat menghargai kesediaan Bapak/Ibu untuk menjaga putra-putri Bapak/Ibu supaya tidak mengganggu kelancaran ibadah raya.
Kami menyarankan Bapak/Ibu untuk mengikutsertakan putra-putrinya dalam ibadah gereja anak Jesus’ Children Church (JCC) yang diselenggarakan setiap hari Minggu, pukul 08.00 WIB, supaya mereka mengalami pertumbuhan rohani.

Berdoa untuk Indonesia

KEGERAKAN DOA KITA

Pokok doa:

Bencana Alam

Supaya pemerintah jujur dan sigap dalam menyalurkan bantuan yang sudah masuk untuk memenuhi kebutuhan para korban bencana tanpa memihak satu golongan/ras tertentu.

Pemerintahan

a. Agar Tuhan menyertai Presiden dalam menentukan para menteri yang akan duduk di kabinet 2009-2014, sehingga menteri yang terpilih benar-benar berfungsi maksimal dalam membangun kesejahteraan bangsa dan tidak memihak golongan tertentu.

b. Agar anggota DPR yang telah dilantik memaksimalkan kompetensi di bidangnya masing-masing dan dengan penuh integritas serta rasa tanggung jawab untuk membangun kesejahteraan Indonesia.

c. Agar intervensi ilahi turun atas usaha kelompok-kelompok tertentu yang berusaha menjarah iman anak-anak Tuhan (kekristenan) di Papua dengan strategi pemenuhan kebutuhan hidup.

PENUNTUN SAAT TEDUH PRIBADI 19-25 OKTOBER 2009

“Kepuasan dalam Hidup”

"Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan,
sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.”

-Mazmur 103:5-



Senin, 19 Oktober 2009
Kepuasan yang dialami oleh Yesus Kristus
Firman hari ini: Yohanes 4:1-42

Pengajaran:
Bayangkan Anda berada di suatu tempat dengan udara yang panas dan Anda merasa sangat haus. Apa yang akan Anda lakukan? Mencari air yang dingin untuk menyegarkan dahaga Anda? Ketika Anda menemukan air tersebut dan meminumnya... rasanya pasti segar bukan kepalang. Dahaga Anda dipuaskan saat meminum air tersebut.
Ketika bertemu perempuan Samaria di sumur Yakub, Yesus meminta air kepada perempuan itu. Hasilnya adalah hati Yesus dipuaskan, namun bukan karena air dari sumur tersebut, melainkan karena Ia telah melakukan kehendak Bapa. "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Itulah kepuasan yang dialami oleh Yesus Kristus. Kita pun dapat mengalami kepuasan sejati yang sama jika kita mengerjakan pekerjaan Allah Bapa. Pernahkah Anda merasakan kepuasan sejati saat Anda melakuan kehendak Bapa? Apa kendala Anda untuk tidak bisa melakukan kehendak Bapa? Temukan jalan keluarnya.


Selasa, 20 Oktober 2009
Tuhan memuaskan hasrat umatNya dengan kebaikan
Firman hari ini: Mazmur 103:1-22

Pengajaran:
Kita telah belajar sebelumnya, bahwa kita akan mengalami kepuasan jika kita melakukan kehendak Tuhan dan hal itu memang benar. Tetapi, ketika kita membaca firman Tuhan ada sisi lain juga yang perlu kita perhatikan, yakni Tuhan juga ingin sekali untuk memuaskan hasrat umatNya. Daud menuliskan pengalamannya dengan Tuhan demikian, “Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali,”(Mazmur 103:1 dan 5). Luar biasa. Tuhan ingin memuaskan hasrat kita dengan kebaikan. Mari, hiduplah dalam kepuasan Tuhan tersebut.



Rabu, 21 Oktober 2009
Hidup dalam Kepuasan Sejati
Firman hari ini: I Timotius 6:2-10

Pengajaran:
Pada Mei 1921, Smith Wigglesworth berkhotbah tentang “Tenggelam dalam Roh Kudus”. Katanya, ”Baptisan Roh Kudus adalah awal yang hebat. Saya kira firman terbaik yang dapat kita kutip adalah 'Tuhan, apakah yang Engkau mau aku perbuat?' Kesulitan terbesar kita saat ini adalah untuk tetap berada di tempat di mana semuanya hanyalah Allah. Saya percaya ada pikiran Kristus saat kita begitu tenggelam dalam Roh Kudus, sehingga sepanjang hari kita bertanya, 'Apakah yang Engkau mau aku perbuat.' Ini telah menjadi satu hari di dalam Roh Kudus. Tiga bulan terakhir telah menjadi saat yang terhebat di dalam hidup saya. Saya biasa berpikir jika saya bisa melihat ini dan itu dan ini berhasil, maka saya akan puas; tetapi saya telah melihat perkara-perkara yang lebih besar daripada yang pernah saya harapkan untuk bisa menyaksikannya, dan saya lebih lapar lagi untuk melihat perkara-perkara yang lebih besar lagi,”(sumber: Smith Wigglesworth, Tenggelam Di Dalam Roh Kudus, oleh: Roberts Liardon, Metanoia, 2007).
Apakah kita akan mencari dunia untuk memuaskan kita atau memang kita akan mencari Allah untuk memuaskan kita?


Kamis, 22 Oktober 2009

Memberikan Pelayanan yang Memuaskan
Firman hari ini: Filipi 2:19-30

Pengajaran:
Pernahkah Anda mendapat pujian dari pemimpin Anda karena pekerjaan Anda sangat memuaskan dia? Hal inilah yang diterima oleh Timotius, orang yang melakukan pelayanannya dengan sungguh-sungguh, sehingga memuaskan hati Paulus. Tuhan tidak menutup mata untuk semua yang ia lakukan. Ketika kita sebagai orang-orang yang berada di bawah otoritas pimpinan memberikan pelayanan yang memuaskan atasan kita, maka kita akan bahagia dan menerima upah yang dari Tuhan. Apakah kita mau mendapatkan keuntungannya? Berikanlah kepuasan kepada pimpinan Anda. Mari belajar dan teladani karakter Timotius sehingga dia memuaskan pemimpinnya.



Jumat, 23 Oktober 2009
Waspada Terhadap Segala Ketamakan
Firman hari ini: Lukas 12:13-21

Pengajaran:

Lawan dari kepuasan adalah ketamakan. Dari manakah ketamakan muncul? Ketamakan menampakkan wajahnya ketika seseorang merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya. Ketika keinginan untuk menguasai sesuatu muncul lebih besar dalam hati seseorang, maka ia akan bertindak melakukan hal-hal di luar norma sosial yang ada. Salah satu contoh tentang ketamakan adalah seseorang yang menginterupsi Yesus dalam pengajaran-Nya demikian, "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku,"(Lukas 12:13). Bukannya ia hadir untuk memperhatikan firman Tuhan dari Yesus, malahan ia sedang memikirkan tentang harta warisan. Mari kita belajar, apa kata Yesus tentang ketamakan ini. Sudahkah Anda menyelidiki hati Anda untuk tidak terjerat roh ketamakan? Tulislah keputusan Anda untuk meresponi firman Tuhan.


Sabtu, 24 Oktober 2009
Buah dari Ketamakan
Firman hari ini: 2 Raja-raja 5:15-27

Pengajaran:
Ketamakan tidak selalu berhubungan dengan uang. Ada empat hal yang bisa menjebak orang dalam ketamakan:
1. Uang. Seringkali orang mengorbankan hubungan dan integritas pribadi untuk memenuhi rasa lapar akan uang yang berlebih.
2. Harta benda. Ketika nafsu seseorang untuk memiliki harta benda melampaui kemampuannya untuk membelinya.
3. Popularitas, suatu keinginan besar untuk mendapat perhatian dan kenikmatan.
Gehazi adalah seorang bujang Elisa. Pada satu titik dalam perjalanannya mendampingi Elisa, ada sesuatu yang membelokkan pemikiran Gehazi yang dia anggap sangat rasional. Karena ketamakan, ia mementingkan dirinya sendiri dengan mengingini harta benda yang bukan miliknya, sekaligus berbohong kepada Naaman dan Elisa. Konsekuensi dari ketamakan Gehazi sungguh tragis, penyakit kusta Naaman sekarang justru menimpa dia.


Minggu, 25 Oktober 2009
Korban Persembahan Nuh Memuaskan Hati Tuhan

Firman hari ini: Kejadian 8:1-22

Pengajaran:
Ketika Tuhan hendak menghukum bumi dengan air bah sehingga semua makhluk mati binasa, maka Allah menyembunyikan Nuh dan keluarganya untuk diselamatkan di dalam sebuah bahtera. Selama air bah belum surut, Nuh beserta keluarganya tinggal di dalam bahtera bersama semua binatang yang ikut masuk ke dalamnya. Akhirnya, setelah seratus lima puluh hari air bah memenuhi bumi, maka keringlah air tersebut dan kandaslah bahtera Nuh di atas pegunungan Ararat. Nuh pun keluar dari bahtera bersama keluarganya dan binatang-binatang yang ada di dalam bahtera. Kemudian Nuh memberikan korban persembahan kepada Tuhan. Ketika Tuhan mencium persembahan yang harum dan sangat menyukakan hatiNya itu, maka berfirmanlah Tuhan dalam hatiNya, "Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan,” (Kejadian 8:21). Jadi, Nuh memuaskan hati Tuhan. Apa kendala utama yang menghalangi Anda untuk menyukakan/memuaskan Tuhan? Tuliskanlah rencana Anda hari ini untuk menyukakan hatiNya. Seperti Nuh mempersembahkan korban yang menyukakan hati Tuhan, mari kita menyukakan hatiNya dengan korban syukur kita hari ini.

Sunday, October 11, 2009

FOKUS KITA



Kehidupan Komunitas Sejati

(Sudahkah komsel kita menjadi komunitas yang sejati?)

Tahukah Anda bahwa komsel bukanlah persekutuan yang diadakan seminggu sekali untuk kita kumpul-kumpul bersama, makan bersama, cerita sedikit bersama-sama, lalu pulang? Lebih dari itu, komsel sebenarnya adalah tempat dimana kita dapat membagi hidup, dan mengalami kuasa perjumpaan dengan Tuhan. Kisah Rasul 4:32 menjelaskan kehidupan dalam sebuah komunitas yang sejati sebagai berikut: “Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. “

Tetapi, mengapa seringkali komsel kita tiap minggunya berlangsung biasa-biasa saja? Kuncinya adalah karena kita tidak saling terbuka dan saling melayani satu dengan yang lain. Tanpa keterbukaan, Roh Kudus tidak dapat bekerja secara penuh, sehingga kita tidak mengalami kuasa.

Mari setiap kita belajar untuk lebih terbuka satu sama lain. Tidak hanya saling sharing pada permukaan saja, tetapi benar-benar terbuka dan ijinkan anggota lain melayani kita dan Roh Kudus bekerja di antara kita. Apa saja macam-macam bentuk “sharing” itu?

Sharing permukaan, contohnya:

Merry : Hai Nana, bagaimana cuaca di Surabaya?

Nana : Luar biasa.

Merry : Kamu pasti menikmati saat yang indah ini.

Sharing informasi, contohnya :

Nana :Ya, benar tapi tahukah kamu kalau saya sedang memikirkan tentang kelaparan di Etiopia, dan hal itu benar-benar membuat saya berpikir tentang masalah yang serius di dunia. Apakah kamu pernah memikirkan tentang fakta bahwa banyak orang yg mati karena kelaparan?”

Sharing pendapat, contohnya :

Merry : “Ya, bagiku itu adalah situasi yang menyedihkan. Khususnya aku tidak dapat berbuat banyak untuk mengubah situasi itu.

Sharing perasaan, contohnya :

Nana : “Bagiku, kelaparan itu bukan sekedar sesuatu yang hanya kulihat di televisi. Kakakku terserang penyakit anoreksia, dan dia baru saya meninggal.

Dalam contoh, ketika Nana bisa sharing tentang perasaannya, maka anggota komsel yang lain akan mendoakan dia dan Roh Tuhan akan bekerja dengan leluasa di antara mereka. Mari, alami kuasa Tuhan yang bekerja dahsyat dalam komsel kita dengan menjadi komunitas yang sejati. (Yohanes Yulianto/Koordinator Departemen Pemuridan)


Komsel Oscar: Rajawali yang Narsis

KOMSEL KITA

Di mana ada komsel yang satu ini, pasti ada kehebohan dan juga foto-foto! Bagaimana tidak heboh, secara kuantitas jumlah anggotanya bisa mencapai 20 orang. Tapi jangan salah, komsel yang di-bapak-i PKS Oscar Budi Prasetia ini juga dashyat dalam hal rohani!
Salah satu kekuatan komsel ini terletak pada kedekatan dan kebersamaan antar anggotanya. “Fellowship di antara kami memang kuat sekali. Dan juga, kita sama-sama menjadikan komsel sebagai prioritas. Hari Jumat, sesibuk apapun, saya sendiri tetap menjadikan komsel sebagai prioritas.” Demikian cerita Oscar. Di balik pertemuan komsel setiap Jumat, Oscar sebagai PKS juga mengaku bahwa kesetiaan para anggota tim inti juga menjadi kekuatan komsel ini. “Atmosfer komsel jadi berbeda, saya yakin salah satunya karena para anggota tim inti yang komitmen berkumpul seminggu sekali untuk berdoa dan menyembah Tuhan. Di sana, kita saling melayani dan dilayani. Justru tim inti dulu yang dilawat Tuhan.”
Atmosfer komunitas yang berbeda itu sendirilah yang akhirnya memberikan sentuhan pada setiap anggota baru yang datang. “Kita memang banyak nge-flow dalam hadirat Tuhan. Ada kalanya jika kita merasa butuh waktu untuk sharing, kita akan batasi waktu untuk penyembahan. Tapi, jika dalam waktu penyembahan kita semua sama-sama dilawat Tuhan, kita biarkan itu mengalir. Di sana kita saling mendoakan, peka menyampaikan impresi, dan juga Firman Tuhan. Pernah ada satu anggota yang baru datang, didoakan ketika kita mengalir dalam hadirat Tuhan. Dan ternyata apa yang didoakan itu sesuai dengan kebutuhannya.” Ke depannya, salah satu fokus yang sedang serius dilakukan oleh komsel ini adalah multiplikasi komsel yang dijadwalkan pada tanggal 24 Oktober 2009. “Kita sedang menyiapkan tim inti untuk komsel yang baru.”
Ditanya tentang ikon komsel, pria yang akan menikah pada bulan Desember ini mengaku, ada beberapa orang anggota komselnya yang biasanya meramaikan suasana komsel. Dua di antaranya adalah Agus dan Ervina. “Wah, kalo dua orang itu ngumpul sudah seperti anjing dan kucing. Saling meledek deh… Saya juga sering ikut-ikutan meledek,” ujar Oscar. Sedangkan untuk masalah foto-foto memang sudah seperti budaya bagi komsel ini, yang turut merekatkan tiap anggotanya. Jadi tidak salah jika beberapa anggota komsel ini menamai komunitas ini sebagai komsel narsis. “Eh, tapi kalo secara rohani kita juga komsel rajawali, lho,” ujar salah satu anggotanya. Well, Rajawali Narsis deh! (vln)